EKONOMI
KELEMBAGAAN
Pertanyaan:
Mengapa social infrastructure sangat
diperlukan dalam teori ekonomi ekonomi?
Sosial infrastruktur sangat
diperlukan dalam ilmu ekonomi terutama dalam menganalisa permasalahan ataupun
fenomena yang terkait dengan ekonomi. Salah satu cara melihat betapa pentingnya
social infrastruktur seperti yang digambarkan dari hasil jurnal Hall dan Jones(1999)” Why Do Some
Countries Produce So Much More Output Per Worker Than Others?”. Dalam hasil jurnal tersebut ditunjukkan adanya
perbedaan output perkapita dari 127 negara
. Data yang terkumpul dalam jurnal tersebut menunjukkan adanya beberapa hal yang menarik diantaranya adalah perbedaan output per-worker dilihat dari 3 komponen yaitu labor, skil labor dan faktor produksi(residual). Jika kita subsitusikan dalam rumus Solow dengan rumus Y = α+ α1K+ α2K+e sehingga output dipengaruhi oleh labor, capital labor dan faktor produksi lainnya (residul). Olahan data menunjukkan bahwa output per-worker lebih banyak dipengaruhi oleh residual dibandingkan capital maupun education. Misalnya antara Rusia dan Amerika ditunjukkan data sebagai berikut:
. Data yang terkumpul dalam jurnal tersebut menunjukkan adanya beberapa hal yang menarik diantaranya adalah perbedaan output per-worker dilihat dari 3 komponen yaitu labor, skil labor dan faktor produksi(residual). Jika kita subsitusikan dalam rumus Solow dengan rumus Y = α+ α1K+ α2K+e sehingga output dipengaruhi oleh labor, capital labor dan faktor produksi lainnya (residul). Olahan data menunjukkan bahwa output per-worker lebih banyak dipengaruhi oleh residual dibandingkan capital maupun education. Misalnya antara Rusia dan Amerika ditunjukkan data sebagai berikut:
Output
perworker amerika yang diberi indeks 1,000 dan rusia 0,417.
Padahal
jika dilihat perbedaan dalam capital
maupun education hanya sedikit perbedaan. Kapital Rusia 1,231 sedangkan amerika 1,000. Pendidikan Amerika
menunjukkan indeks 1,000 sedangkan rusia 0,724. Ternyata yang beda jauh terletak
dalam indeks A (residual) yaitu rusia sebesar 0,468 dan amerika 1,000. (Data
dapat dilihat seperti table dibawah ini)
Jurnal
tersebut menunjukkan bahwa perbedaan output
per-worker disebabkan oleh faktor A
(residual). Diteori sederhana Solow menunjukkan
bahwa A adalah produktivitas sedangkan dalam jurnal Hall dan Jones menunjukkan secara
lebih detail , bahwa variable di A adalah variable yang dalam teori sederhana
selalu diabaikan yaitu dianggap cateris paribus. Cateris paribus menjelaskan
bahwa dalam kondisi tersebut tidak ada perubahan pada faktor lain(kondisi
sempurna). Padahal sebenarnya variabel-variabel yang dianggap cateris paribus
tersebut memiliki nilai yang dapat mempengaruhi produktifitas. Misalnya di
suatu Negara jika birokrasinya sulit, aturannya banyak dan berliku, masyarakat
yang tidak kondusif baik dari segi keamanan dan politik maka semuanya merupakan
bagian dari social infrastruktur yang
dapat mempengaruhi output per-worker sebab
hal-hal tersebut akan termasuk dalam biaya lain-lainnya(residual) yang dapat
meningkatkan biaya transaksi. Sehingga biaya transaksi akan mempengaruhi
produktifitas.
Selain itu
pentingnya Sosial infrastruktur(institusi) dapat dilihat dari teori dan
definisinya. Menurut Word Bank, Institusi adalah aturan, peran maupun
struktur organisasi bahkan hingga kebiasaan yang disadari atau tidak disadari. Institusi
sebagai suatu bentuk organisasi misalnya instansi pemerintah, perusahaan,
asosiasi, dan sebagainya. Institusi sebagai pola atau peran (roles) yang sudah
terbentuk di masyarakat misalnya keluarga atau kelompok komunal(posyandu,
pekumpulan bakso malang, Koperasi masyarakat pengolahan lele ) dan sebagainya.
Institusi sebagai aturan (rules) yang mengatur hubungan/interaksi contohnya property rights atau pasar. Sehingga dengan mengetahui social infrastruktur kita dapat lebih
memahami fenomena yang terjadi dalam ekonomi dibandingkan dengan hanya
menggunakan teori sederhana dalam neoklasik ekonomi yang hanya membicarakan
labor dan capital labor saja.
Secara umum fungsi institusi berperan sebagai mereduksi ketidakpastian dengan menyediakan
struktur bagi kehidupan sehari-hari, sebagai pedoman (guide) atau kerangka
interaksi manusia,
ataupun sebagai kesepakatan. Misalnya Institusi dalam bentuk kelompok Komunal yaitu Bakso Malang
yang terbentuk akibat mereduksi permasalahan/peristiwa isu formalin yang dapat menyebabkan
menurunnya harga bakso. Sehingga kelompok ini terbentuk akibat adanya mutual trust antar pedagang untuk
menciptakan sebuah kelompok dagang yang didasari adanya pengetahuan, identitas dan kehendak
untuk mereduksi ketidakpastiaan harga serta sense of future yg bertujuan menjaga stabilitas harga bakso
dengan menjaga kepercayaan konsumen melalui brand
. Contoh tersebut menunjukkan adanya
peran yang dapat digunakan sebagai alat dalam ekonomi untuk mempertahankan
suatu nilai/harga sehingga secara langsung dapat dilihat bahwa mempelajari
institusi(ekonomi kelembagaan) penting dalam memahami hal/fenomena seperti
diatas.
Ekonomi kelembangan yang
bertujuan untuk memperluas analisa terhadap fenomena ekonomi dapat dilihat juga
dari temuan bahwa ada biaya lain yang harus diperhatikan karena dapat
mempengaruhi produktifitas. Ekonomi Kelembagaan mencoba memasukkan isu-isu kelembagaan
(institutions) dan perubahan kelembagaan (institutional change) kedalam
teori-teori ekonomi sehingga dapat secara lebih detail menganalisa permasalahan.
Ekonomi kelembagaan menjelaskan konsep perilaku manusia (behavioral foundation)
dalam ilmu ekonomi yang mencakup faktor-faktor “non-ekonomi” seperti ketidaksempurnaan informasi dan kelembagaan
(value, habit, routine) yang
dapat mempengaruhi biaya produksi dan transaksi dalam ekonomi. Misalnya Kepercayaan/mutual trust dapat
mengurangi biaya transaksi. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila ada penjual dan pembeli yang sudah memiliki kepercayaan
dan kedekatan personal bahkan kondisi lebih baik jika ternyata mereka adalah
kerabat maka akan lebih mudah dan cepat dalam menentukan kesepakatan harga
sehingga biaya transaksi yang seharusnya
dikeluarkan untuk negoisasi, iklan , dan sebagainya dapat diminimalkan.
Informasi juga memiliki peranan
penting dalam menganalisa ekonomi. Teori neoklasik menjelaskan bahwa agen
ekonomi memiliki informasi yang sempurna dan akan mencapai tujuannya dengan
rasional serta akan berusaha untuk memaksimalkan profit (berdasarkan budget
constraints) dan transaksi di pasar tanpa friksi (tidak ada masalah koordinasi)
dan tanpa biaya. Sedangkan Pada kenyataannya kita menggunakan teori rasional terbatas bukan teori
neoklasik. Dalam penggunaan teori realism, Ekonomi kelembagaan menggunakan Rasionalitas terbatas yaitu Human behaviour
that is “intendedly” rational, but only limitedly so (Simon, 1961, p. xxiv). Misalnya
ketika akan memilih sepatu di pasar maka secara ekonomi kita akan berusaha
mengetahui seluruh harga sepatu diseluruh toko yang ada dipasar kemudian
membandingkan harga yang ada. Kemudian melakukan pembelian harga pada barang
setelah mendapatkan harga termurah. Padahal dalam kenyataannya teori tersebut
terikat pada informasi sempurna , artinya kita harus sudah mengetahui seluruh
harga sepatu dipasar baru kemudaian membuat keputusan. Permasalahannya adalah
informasi yang kita peroleh adalah terbatas yang disebabkan beberapa hal
misalnya besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapat informasi
sempurna tersebut seperti biaya waktu, tenaga dan sebagainya.
Upaya ini dianggap membuat teori ekonomi
menjadi lebih realistis yaitu melalui pendekatan Ekonomi kelembagaan. Kritik
terhadap asumsi perilaku manusia dalam ekonomi neo-klasik yang bersifat unrealistic(tidak
realistis). Realitas ekonomi dalam masyarakat sangat kompleks sehingga kurang
dapat dijelaskan oleh asumsi yang disederhanakan (rational economic actor). Sedangkan
Ekonomi kelembagaan mencoba mencari “the truth about the world” dengan mencoba
melonggarkan (relaxed) asumsi dasar “rational man” untuk mengakomodasi
fakta-fakta seperti keterbatasan informasi kedalam asumsi perilaku manusianya. Sehingga dalam Ekonomi Kelembagaan menggunakan
relasm sebagai dasar filosofi.
Dalam bounded rasionality maka konsep “economic man” diubah menjadi
“administrative man” sebab gagalnya pilihan rasional yang tercipta karena
kesempurnaan informasi (rational choice) tercapai dalam kenyataan proses
pengambilan keputusan dilapangan. Informasi dalam rational choice seharusnya
dievaluasi secara keseluruhan sebelum dilakukan keputusan sedangkan kenyataan
dilapangan adalah evaluasi yang dilakukan secara berurutan. Misalnya ,
seharusnya jika menggunakan rational
choice maka kita akan membandikan produk a,b,c, dan d secara bersamaan tetapi
yang biasanya terjadi akibat keterbatasan(abounded rationality) adalah
membandingakan a dan b maka terpilih b, kemudian b dibandingkan dengan c maka
terpilih c, dan seterusnya (sequentially). Hal itu biasa terjadi karena
individu tidak selalu tahu segala biaya (pay-off) dari seluruh alternatif
pilihan yang ada, dan tidak memiliki kemampuan untuk membandingkan berbagai
variasi pembiayaan yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar