Selasa, 04 Desember 2012

Mengapa Sosial Infrastucture?


EKONOMI KELEMBAGAAN
Pertanyaan: Mengapa social infrastructure sangat diperlukan dalam teori ekonomi ekonomi?

                Sosial infrastruktur sangat diperlukan dalam ilmu ekonomi terutama dalam menganalisa permasalahan ataupun fenomena yang terkait dengan ekonomi. Salah satu cara melihat betapa pentingnya social infrastruktur  seperti yang digambarkan dari hasil jurnal Hall dan Jones(1999)” Why Do Some Countries Produce So Much More Output Per Worker Than Others?”. Dalam  hasil jurnal tersebut ditunjukkan adanya perbedaan output perkapita dari 127 negara
.  Data yang terkumpul dalam jurnal tersebut menunjukkan adanya beberapa hal yang menarik diantaranya adalah perbedaan output per-worker dilihat dari 3 komponen yaitu  labor, skil labor dan faktor produksi(residual).  Jika kita subsitusikan dalam rumus Solow dengan  rumus              Y = α+ α1K+ α2K+e sehingga  output dipengaruhi oleh labor, capital labor dan faktor produksi lainnya (residul).  Olahan data menunjukkan bahwa  output per-worker lebih banyak dipengaruhi oleh residual dibandingkan capital maupun education. Misalnya antara Rusia dan Amerika ditunjukkan data sebagai berikut:
Output perworker amerika yang diberi indeks 1,000 dan rusia 0,417. 
Padahal jika dilihat perbedaan dalam capital maupun education hanya sedikit perbedaan. Kapital Rusia 1,231  sedangkan amerika 1,000. Pendidikan Amerika menunjukkan indeks 1,000 sedangkan rusia 0,724. Ternyata yang beda jauh terletak dalam indeks A (residual) yaitu rusia sebesar 0,468 dan amerika 1,000. (Data dapat dilihat seperti table dibawah ini)         
Jurnal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan output per-worker  disebabkan oleh faktor A (residual). Diteori sederhana  Solow menunjukkan bahwa A adalah produktivitas sedangkan dalam jurnal Hall dan Jones menunjukkan secara lebih detail , bahwa variable di A adalah variable yang dalam teori sederhana selalu diabaikan yaitu dianggap cateris paribus. Cateris paribus menjelaskan bahwa dalam kondisi tersebut tidak ada perubahan pada faktor lain(kondisi sempurna). Padahal sebenarnya variabel-variabel yang dianggap cateris paribus tersebut memiliki nilai yang dapat mempengaruhi produktifitas. Misalnya di suatu Negara jika birokrasinya sulit, aturannya banyak dan berliku, masyarakat yang tidak kondusif baik dari segi keamanan dan politik maka semuanya merupakan bagian dari social infrastruktur yang dapat mempengaruhi output per-worker sebab hal-hal tersebut akan termasuk dalam biaya lain-lainnya(residual) yang dapat meningkatkan biaya transaksi. Sehingga biaya transaksi akan mempengaruhi produktifitas.

Selain itu pentingnya Sosial infrastruktur(institusi) dapat dilihat dari teori dan definisinya. Menurut Word Bank, Institusi adalah aturan, peran maupun struktur organisasi bahkan hingga kebiasaan yang  disadari atau tidak disadari. Institusi sebagai suatu bentuk organisasi misalnya instansi pemerintah, perusahaan, asosiasi, dan sebagainya. Institusi sebagai pola atau peran (roles) yang sudah terbentuk di masyarakat misalnya  keluarga atau kelompok komunal(posyandu, pekumpulan bakso malang, Koperasi masyarakat pengolahan lele ) dan sebagainya. Institusi sebagai aturan (rules) yang mengatur hubungan/interaksi  contohnya property rights atau pasar.  Sehingga dengan mengetahui social infrastruktur kita dapat lebih memahami fenomena yang terjadi dalam ekonomi dibandingkan dengan hanya menggunakan teori sederhana dalam neoklasik ekonomi yang hanya membicarakan labor dan capital labor saja.
Secara umum fungsi institusi berperan sebagai mereduksi ketidakpastian dengan menyediakan struktur bagi kehidupan sehari-hari, sebagai pedoman (guide) atau kerangka interaksi manusia, ataupun sebagai kesepakatan. Misalnya Institusi dalam  bentuk kelompok Komunal yaitu Bakso Malang yang terbentuk akibat mereduksi permasalahan/peristiwa  isu formalin yang dapat menyebabkan menurunnya harga bakso. Sehingga kelompok ini terbentuk akibat adanya mutual trust antar pedagang untuk menciptakan sebuah kelompok dagang yang didasari  adanya pengetahuan, identitas dan kehendak untuk mereduksi ketidakpastiaan harga serta sense of future  yg bertujuan menjaga stabilitas harga bakso dengan menjaga kepercayaan konsumen melalui brand .  Contoh tersebut menunjukkan adanya peran yang dapat digunakan sebagai alat dalam ekonomi untuk mempertahankan suatu nilai/harga sehingga secara langsung dapat dilihat bahwa mempelajari institusi(ekonomi kelembagaan) penting dalam memahami hal/fenomena seperti diatas.
                Ekonomi kelembangan yang bertujuan untuk memperluas analisa terhadap fenomena ekonomi dapat dilihat juga dari temuan bahwa ada biaya lain yang harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi produktifitas. Ekonomi Kelembagaan mencoba memasukkan isu-isu kelembagaan (institutions) dan perubahan kelembagaan (institutional change) kedalam teori-teori ekonomi sehingga dapat secara lebih detail menganalisa permasalahan. Ekonomi kelembagaan menjelaskan konsep perilaku manusia (behavioral foundation) dalam ilmu ekonomi yang mencakup faktor-faktor “non-ekonomi” seperti             ketidaksempurnaan informasi dan  kelembagaan  (value, habit, routine) yang dapat mempengaruhi biaya produksi dan transaksi dalam ekonomi.  Misalnya Kepercayaan/mutual trust dapat mengurangi biaya transaksi. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Apabila ada penjual dan pembeli yang sudah memiliki kepercayaan dan kedekatan personal bahkan kondisi lebih baik jika ternyata mereka adalah kerabat maka akan lebih mudah dan cepat dalam menentukan kesepakatan harga sehingga  biaya transaksi yang seharusnya dikeluarkan untuk negoisasi, iklan , dan sebagainya dapat diminimalkan.
                Informasi juga memiliki peranan penting dalam menganalisa ekonomi. Teori neoklasik menjelaskan bahwa agen ekonomi memiliki informasi yang sempurna dan akan mencapai tujuannya dengan rasional serta akan berusaha untuk memaksimalkan profit (berdasarkan budget constraints) dan transaksi di pasar tanpa friksi (tidak ada masalah koordinasi) dan tanpa biaya. Sedangkan Pada kenyataannya kita menggunakan  teori rasional terbatas bukan teori neoklasik. Dalam penggunaan teori realism, Ekonomi kelembagaan menggunakan  Rasionalitas terbatas yaitu Human behaviour that is “intendedly” rational, but only limitedly so (Simon, 1961, p. xxiv). Misalnya ketika akan memilih sepatu di pasar maka secara ekonomi kita akan berusaha mengetahui seluruh harga sepatu diseluruh toko yang ada dipasar kemudian membandingkan harga yang ada. Kemudian melakukan pembelian harga pada barang setelah mendapatkan harga termurah. Padahal dalam kenyataannya teori tersebut terikat pada informasi sempurna , artinya kita harus sudah mengetahui seluruh harga sepatu dipasar baru kemudaian membuat keputusan. Permasalahannya adalah informasi yang kita peroleh adalah terbatas yang disebabkan beberapa hal misalnya besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapat informasi sempurna tersebut seperti biaya waktu, tenaga dan sebagainya.
                 Upaya ini dianggap membuat teori ekonomi menjadi lebih realistis yaitu melalui pendekatan Ekonomi kelembagaan. Kritik terhadap asumsi perilaku manusia dalam ekonomi neo-klasik yang bersifat unrealistic(tidak realistis). Realitas ekonomi dalam masyarakat sangat kompleks sehingga kurang dapat dijelaskan oleh asumsi yang disederhanakan (rational economic actor). Sedangkan Ekonomi kelembagaan mencoba mencari “the truth about the world” dengan mencoba melonggarkan (relaxed) asumsi dasar “rational man” untuk mengakomodasi fakta-fakta seperti keterbatasan informasi kedalam asumsi perilaku manusianya.  Sehingga dalam Ekonomi Kelembagaan menggunakan relasm sebagai dasar filosofi.
                Dalam  bounded rasionality maka  konsep “economic man” diubah menjadi “administrative man” sebab gagalnya pilihan rasional yang tercipta karena kesempurnaan informasi (rational choice) tercapai dalam kenyataan proses pengambilan keputusan dilapangan. Informasi dalam rational choice seharusnya dievaluasi secara keseluruhan sebelum dilakukan keputusan sedangkan kenyataan dilapangan adalah evaluasi yang dilakukan secara berurutan. Misalnya , seharusnya  jika menggunakan rational choice maka kita akan membandikan produk a,b,c, dan d secara bersamaan tetapi yang biasanya terjadi akibat keterbatasan(abounded rationality) adalah membandingakan a dan b maka terpilih b, kemudian b dibandingkan dengan c maka terpilih c, dan seterusnya (sequentially). Hal itu biasa terjadi karena individu tidak selalu tahu segala biaya (pay-off) dari seluruh alternatif pilihan yang ada, dan tidak memiliki kemampuan untuk membandingkan berbagai variasi pembiayaan yang ada.

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com