Beberapa review mengenai kesenjangan pembangunan diantaranya Helpmaan (Bab
6, Inequality), Sach(The
End of Economi Bab
10 The Voicless Dying : Africa and Disease dan Bab 15 Can the Rich Afford to Help the Poor), serta Borgonion dan Morrison(Inequality
among World Citizens: 1820-1992)
Helpmaan
Helpmaan
Bab
6 , Inequality
Ketimpangan
yang terjadi menunjukkan bahwa telah terjadi ketidaksetaraan yang telah berlangsung sejak lama, khususnya sejak
periode pasca Perang Dunia Kedua. Dalam bab ini membahas mengenai hubungan
antara distribusi pendapatan dengan pertumbuhan ekonomi, efek ketimpangan pada
pertumbuhan dan efek perumbuhan pada ketidaksetaraan. Menurut Kuznets bahwa
distribusi pendapatan pribadi dapat berubah sepanjang waktu. Hal itu didapat
berdasarkan studi terhadap beberapa negara. Hasil penilitiannya menunjukkan
bahwa pada negara berpenghasilan rendah maka ketimpangan distribusi pendapatan
sangat tinggi, sedangkan di negara berpenghasilan tinggai distribusi pendapatan
semakin merata. Di negara kaya
distribusi pendapatan lebih merata dibandingkan di negara berpendapatan tinggi.
Sehingga hubungan antra pendapatan dan distribusi pendapatan(ketimpangan)
digambarkan dalam kurva U terbalik.
Penelitian
yang dilakukan Bourguignon dan Morison(2002) mempelajari mengenai evolusi
kesenjangan distribusi pendapatan yang terjadi sejak 1820, ketika terjadi
pendapatan diseluruh dunia pada seluruh kelompok pendapatan ternyata pada 20%
pendapatan bawah meningkat 3, 60% pendapatan bawah meningkat 4 sedangkan
pendapatan 10% atas meningkat 10. Hal itu menunjukkan bahwa ketika terjadi
peningkatan pendapatan maka kesenjangan semakin meningkat.
Untuk
mengukur ketimpangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio desil pendapatan,
Gini Koeefisien dan Indeks Theil. Kuznets menemukan bahwa terjadi hubungan
korelasi yang sama sepanjang tahun penelitian antara Gini Koefisien dengan
kesenjangan distribusi pendapatan yang terjadi.
Kesenjangan
antara negara-negara yang terjadi di dunia erat kaitannya dengan kesenjangan yang
terjadi di dalam negara sebab kesenjangan yang terjadi didalam negara merupakan
bagian dari penyebab kesenjangan antara negara. Setelah Perang Dunia Kedua
sampai 1992 terjadi tren kesenjangan di dalam negeri dan antar negara. Apakah
kesenjangan mempengaruhi pertumbuhan? Kuznets menjawab melalui 3 hal yaitu
hubungan terhadap tabungan, kredit dan redistribusi. Berdasarkan teori yang
diungkapkan Kaldor bahwa individu
berpendapatan tinggi yang cendrung melakukan berhemat(tabungan) dibandingkan
yang berpendapatan rendah. Sehingga agrerat tabungan tersebut dapat
menimbulakan ketimpanagn tetapi dengan meningkatnya tabungan berarti meningkat
investasi sehingga terjadi peningkatan GDP . Namun disisi lain, kesenjangan
dapat menjadi penghalang pertumbuhan yaitu akibat dari kendala kredit. Kendala
institusional di Negara berkembang menyebabkan pembatasan peminjaman kepada
individu yang tidak memiliki asset berwujud sehingga tidak dapat melakukan
pinjaman untuk investasi. Kesenjangan dalam kepemilikan asset menyebabkan
pengurangan dalam agragat investasi yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan.
Dalam penelitiaanya Kuznets menemukan bahwa kendala kredit memang menjadi
kendala penting pada pertumbuhan tetapi memiliki efek kecil pada negara
berpendapatan tinggi. Selain itu, ketimpangan mengakibatkan redistribusi. Ketimpangan
yang terjadi menyebabkan terjadinya pemerataan sehingga pemerintah sering
menyertakan dengan redistribusi pendapatan melalui pajak.
Sumber
ketimpangan terjadi akibat respon terhadap perubahan ekonomi, salah satunya
adalah pertumbuhan. Sehingga cara mempengaruhi distribusi tergantung terhadap
sumber perubahan. Misalnya kasus evolusi kesenjangan upah merupakan peran utama
dalam kesenjangan yang terjadi di Amerika. Pada 1970-1990 terjadi peningkatan
upah pada pekerja upah tinggi dan pekerja memiliki gelar sarjana maka
kesenjangan semakin lebar. Hal itu mengakibatkan perdagangan dunia mengalami
pemusatan pada tenaga kerja padat karya yang menyebabkan penurunan relative
permintaan. Sehingga negara maju mencoba melakukan peningkatan dalam
tekhnologi. Tekhnologi memiliki dampak langsung terhadap harga upah dan
berdampak tidak langsung terhadap pergeseran pasokan. Peningkatan upah
menyiratkan bahwa produsen melakukan minimalisir biaya untuk tenaga tidak
terampil. Penurunan hambatan perdagangan dan perkembangan tekhnologi
memilikiketerkaitan terhadap evolusi kesenjangan distribusi yang terjadi.
Pada
akhir jurnalnya Kurnet menjelaskan bahwa telah terjadi penurunan jumlah
kelompok masyarakat yang berada dalam pendapatan $1 dan $2 perhari. Hal itu
terjadi hampir diseluruh negara di dunia. Salah satu penyebabnya adalah peran
institusi(pemerintah) di masing-masing negara terhadap isu pengentasan
kemiskinan.
Sach
The
End of Economi
Bab
10, The Voicless Dying : Africa and Disease
Afrika mengalami krisis
seperti krisis kesehatan hingga HIV/AIDS, korupsi, kondisi negara yang tidak
kondusif sehingga benua Afrika dianggap sebagai benua terkacau di dunia.
Kondisi tersebut menyebabkan sangat tidak mungkin bahwa sebagian besar Afrika
akan memperoleh bantuan eksternal atau investasi pada skala yang dibutuhkan
untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan. Korupsi yang terjadi di Afrika berbeda
dengan yang terjadi di Asia. Korupsi di Asia seperti Indonesia, China,
Bagladesh dan Pakistan seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan ekonomi di
Afrika menghadapi 3 tantangan yaitu penyakit, kekeringan dan jarak terhadap
pasar internasional. Salah satu contohnya adalah Zimbabwe. Zimbabwe memiliki
jumlah kepadatan penduduk yang sangat kecil sehingga berpengaruh terhadap output
dan pendapatan yang kecil serta mengalami isolasi ekonomi karena
ketidaktersediaan listrik, telekomunikasi dan transportasi. Penyakit yang
terjadi di Afrika memiliki keragaman terutama Malaria dan memiliki tingkat
kematian tinggi, sehingga Sach mencurigai sebagai penghambat ekonomi Afrika.
Harapan hidup Sahara Afrika mencapai empat puluh tujuh tahun, lebih dari dua
lebih rendah daripada di Asia Timur dekade (enam puluh sembilan tahun) dan tiga
puluh satu tahun lebih rendah dari rata-rata usia di negara maju (tujuh puluh
delapan tahun). Di bagian harapan hidup Afrika jatuh hampir dua puluh tahun
sebagai akibat dari penyebaran AIDS.
Pada bab ini, Sach
berfokus pada empat pertanyaan: Pertama, apakah malaria berkontribusi terhadap
kemiskinan, atau apakah kemiskinan menyebabkan kejadian malaria tinggi, atau
itu keduanya? Kedua, mengapa situasi malaria begitu buruk di Afrika? Ketiga,
apa yang sedang dilakukan untuk memecahkan sistem malaria ? Dan keempat, apa
lagi yang bisa dilakukan?
Bukti menunjukkan ada hubungan sebab akibat
yang bersifat dua arah antara Malaria dan kemiskinan. Kemiskinan memperparah
malaria pada rumah tangga miskin dan pemerintah tanpa sarana keuangan untuk
melawan penyakit. Sedangkan rumah tangga kaya dan pemerintah yang mampu untuk
menyemprot rumah dengan insektisida, memasang layar pintu dan jendela untuk
membantu menjaga nyamuk memasuki rumah, insektisida kelambu yang secara
substansial dapat mengurangi penularan malaria di desa serta mereka dapat
menjamin akses ke perawatan kesehatan dan obat-obatan yang efektif ketika
diperlukan. Namun malaria juga menyebabkan kemiskinan yang disebabkan
ketidakhadiran kerja dan sekolah. Penanganan Malaria dan demam kuning menyebabkan
konstruksi Terusan Panama selama lebih dari tiga puluh tahun. Hal itu menunjukkan
bahwa malaria mampu menyebabkan penurunan investasi baik investasi berupa modal
pembukaan tempat pariwisata, pertambangan maupun investasi modal manusia.
Investasi modal manusia dapat terganggu akibat serangan malaria berulang yang
mengakibatkan anemia pada anak sehingga menyebabkan putus sekolah dan
berimplikasi pada kemiskinan.
Penyakit Malaria di
nilai buruk dibandingkan di negara lain.
Hal itu disebabkan penyakit Malaria yang terjadi di Afrika memiliki keunikan
tersendiri yang disebabkan oleh kondisi demografis Negara yaitu suhu hangat, suhu
hangat menyebabkan semakin cepat sporogoni dan semakin besar kemungkinan bahwa
nyamuk akan hidup.
Selain
itu tipe nyamuknya adalah yang hampir 100% menyukai menggigit manusia dari pada
ternak. Selain Malaria, penyakit yang mengkhawatirkan yaitu HIV / AIDS
ditularkan lebih mudah di Afrika karena populasi, laki-laki lebih jarang
disunat, kondom lebih jarang digunakan dalam hubungan seksual kasual. Biaya
bisnis memiliki melambung tinggi karena kekacauan dari biaya medis yang besar
bagi pekerja, kematian pekerja dan investor asing terhalang Afrika.
Sehingga
untuk dapat melakukan pertumbuhan ekonomi agar terlepas dari kemiskinan maka
hal utama yang harus ditangani adalah Malaria dan AIDS . Hal itu disebabkan minimnya
program Dunia pada penanganan Malaria dan AIDS di Afrika. Oleh karena itu Sach
menyarankan untuk melakukan investasi kesehatan dengan cara mengajak negara
kaya untuk membantu negara miskin. Hal itu menunjukkan donor negara terhadap
kesehatan negara miskin akan berimplikasi besar dibandingkan kepada negara kaya
misalnya dalam harga obat-obatan. Contohnya berupa pemotongan harga paten yang
diterapkan untuk negara penghasil rendah maupun penyerapan tenaga kerja rendah
di negara miskin.
Bab
15, Can the Rich Afford to Help the Poor
Ada beberapa alasan
mengapa perlu usaha Negara kaya membantu negara Miskin yaitu 1) populasi yang
seiring waktu meningkat sehingga jumlah miskin ekstrim juga meningkat, 2) Tujuannya
untuk membantu mengakhiri perangkap kemiskinan(kemiskinan ekstrim) bukan
menghapuskan kemiskinan secara menyeluruh, 3)Keberhasilan mengakhiri perangkap
kemiskinan lebih mudah daripada harus menghapuskan kemiskinan. 4)Alat-alat
negara kaya lebih kuat untuk mengakhiri kelaparan informasi dan menciptakan
industri global. Bantuan dapat berupa investasi kesehatan, tekhnologi,
pendidikan dan infrastruktur.
Berapa banyak
pendapatan harus ditransfer ke negara miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar?
Ternyata kebutuhan pokok mereka sekitar $1. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut
maka bantuan dapat disalurkan secara langsung maupun tidak langsung. Bantuan
investasi merupakan salah satu bentuk bantuan tidak langsung Pendekatan untuk
biaya investasi meliputi enam langkah yaitu 1) mengidentifikasi paket
kebutuhan, 2) mengidentifikasi kebutuhan negara, 3) Menghitung biaya yang tidak
bisa ditanggung oleh negara tersebut, 4) menghitung biaya yang dapat ditanggung
oleh negara donor, 5) Menghitung tujuan pembangunan melalui investasi donor,
6)Menghitung kontribusi donor terhadap pendapatan donor. Untuk menghitung
jumlah total yang harus diberikan sulit karena beberapa alasan yaitu bantuan
biasanya diberikan untuk bantuan darurat dalam mengakhiri kemiskinan ekstrim,
bantuan ditujukan untuk pembangunan dan penghapusan hutang bukan untuk
pemenuhan kebutuhan langsung, kebutuhan
bantuan langsung diluar kebutuhan keuangan.
Paket intervensi
kesehatan memiki 49 paket kesehatan. Setelah identifikasi paket maka tindakan
selanjutnya adalah menganalisa jumlah penduduk yang tidak memiliki akses kepada
layanan. Rumahtangga miskin ekstrim akan memperoleh subsidi penuh, sedangkan
rumah tangga penghasilan tinggi akan memenuhi. Jumlah biaya berbeda berdasarkan
jenis kebutuhan dan biaya kebutuhan yang berbeda untuk setiap wilayah.
Negara kaya seperti
Brazil, Chili dan meksiko tidak memerluakn bantuan donor untuk mengakhir
kemiskinan ekstrim sebab penduduk pendapatan tinggi mampu menutupi kebutuhan
penduduk ekstrim miskin. Hal itu menunjukkan kemampuan domestik yang memadai.
Begitu juga negara pendapatan menegah bisa menutupi kebutuhan untuk mengakhiri
kemiskinan ekstrim. Sedangkan negara berpenghasilan rendah membutuhkan bantuan
donor. Pajak merupakan salah satu bentuk distribusi pendapatan yang memiliki
efek besar. Apabial 10%pendapatan 400 orang kaya di Amerika yaitu senilai $6,9
miliar dapat menyelamatkan jutaan nyawa penduduk miskin ekstrim di dunia.
Borgonion dan Morrison
Inequality
among World Citizens: 1820-1992
Jurnal ini menyelidiki
tentang kesenjangan Negara-negara di Dunia. Perkiraan menunjukkan bahwa
kesenjangan terjadi pada awal abad 19 hingga perang dunia kedua. Kesenjangan
dalam masa panjang meningkat pada abad ke 19 dan mulai berkurang pada
pertengahan abad 20, yang mungkin terjadi karena kegagalan kesenjangan
pendapatan. Kebangkitan pertumbuhan ekonomi empiris seiring dengan kebangkitan
distribusi pendapatan. Apakah kesenjangan antara kaya dan miskin akan semakin
terdistribusi atau justru malah menjadi semakin terpolarisasi dalam jangka
panjang. Dilihat dari sejarah menunjukkan
bahwa kesenjangan mulai meningkat saat terjadi revoulusi Industri. Kesenjangan
antar negara di Dunia berhubungan erat dengan kesenjangan yang terjadi di
domestik suatu negara. Dalam melihat kesenjangan yang terjadi maka perlu
memperhatikan beberapa aspek yaitu agregat pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan
jumlah penduduk dan struktur distribusi pendapatan domestik.
Metodologi dan data untuk kesenjangan
distribusi pendapatan di Dunia yang
digunakan dalam mempermudah
menganalisa kesenjangan adalah mengelompokkan negara berdasarkan konsistensi
sejarah dan homogenitasnya. Austria, Cekoslavia dan HUngaria memiliki kesamaan
karakteristik, argentina dan Chile, German sebagai satu kesatuan, Taiwan dan
Korea sebagai satu kesatuan kelompok sedangkan China , Italy , Amerika dan
India dianggap secara individual. Sehingga kelompok dikumpulkan ke dalam enam
blok Afrika, Asia (tidak termasuk naga Asia: Jepang, Korea, dan Taiwan), naga
Asia, Tidak termasuk Amerika Latin Argentina dan Chile; Eropa Timur (Bulgaria,
Yunani, Polandia, Rumania, Rusia, Turki, dan Yugoslavia), dan Eropa Barat dan
cabang (semua Barat Eropa, termasuk Austria, Hungaria, dan Cekoslovakia, dan
cabang-cabangnya di Amerika, termasuk Argentina dan Chile, dan di Pacific).
Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa selama 172 tahun pendapatan rata-rata penduduk dunia
meningkat dengan faktor 7,6. Pendapatan rata-rata bawah 20 persen hanya
meningkat 3, 60 bawah pendapatan bawah meningkat hanya sekitar 4 persen, dan
dari desil teratas mengalami peningkatan
hampir 10. Pada saat yang sama, kemiskinan ekstrim turun dari 84 persen
dari penduduk dunia pada tahun 1820 menjadi 24 persen di 1992. Hal itu seiring
dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat pesat. Sehingga untuk menganalisis
distribusi pendapatan dan tingkat ketimpangan atau kemiskinan antara warga
dunia maka perlu memperhatijan jumlah penduduk dan perbedaan pendapatan domestik
suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi
dunia yang mengalami peningkatan pada tahun 1950an tidak seiring dengan
penuruan kesenjangan pendapatan.
0 komentar:
Posting Komentar