Senin, 09 Februari 2015

Educated For What? (Pemaparan Buku William Easterly "The Elusive Quest for Growth)






Chapter 4: Educated For What?
Ada perbedaan pendapat mengenai pentingnya pendidikan. Jacques Delors menilai bahwa pendidikan bukan obat ajaib tetapi anggota UNESCO mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu pokok sarana yang tersedia untuk mendorong pembangunan manusia dalam mengurangi kemiskinan, ekslusif, kebodohan, penindasan dan perang. Bahkan Delor mengatakan bahwa leluruh biasanya meninggalkan warisan  berupa harta tetapi sebenarnya harta tersembunyi berada di dalam diri kita yaitu kemauan belajar.

“Konfrensi Dunia mengenai Pendidikan untuk Semua” pada 1990 terdiri dari beberapa lembaga internasional seperti UNESCO, UNICEF,World Bank, dan United Nations Development Program mendeklarasikan bahwa pendidikan mempunyai fungsi untuk  memberi jaminan rasa aman, sehat, lebih sejahtera dan berwawasan lingkungan dunia, serta berkontribusi terhadap kemajuan sosial, ekonomi, dan budaya, toleransi, dan kerja sama internasional. Sekjen UNESCO, Federico Mayor menjelaskan bahwa "Tingkat pendidikan keseluruhan penduduk suatu negara tertentu menentukan bahwa kemampuan negara untuk berbagi dalam pengembangan dunia. Manfaat dari kemajuan pengetahuan akan membuat kemajuan bangsanya melalui kontribusi pendidikan. Hal itu merupakan kebenaran yang jelas dan tidak diraguka.” Inter-American Development Bank (IADB) juga mencatat "Bahwa investasi dalam modal manusia [pendidikan] diakui dapat mempromosikan pertumbuhan ekonomi.” Pada tahun 1997 World Development Report dari World Bank mencatat bahwa ekonomi dari banyak Negara-negara Asia  di bagian dari Timur sukses akibat dari komitmen mereka yang tak tergoyahkan pada pengggunaan dana publik untuk pendidikan dasar sebagai landasan pembangunan ekonomi. World Bank juga merangkum bahwa "Pendidikan dan pelatihan laki-laki (meskipun sering mengabaaikan perempuan) memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi melalui efek pada produktivitas, pendapatan, mobilitas kerja, kewirausahaan keterampilan, dan inovasi teknologi.
Respon pertumbuhan untuk pendidikan yang ekspansif  selama empat dekade menunjukkan hasil yang mengecewakan. Kegagalan pemerintah dalam mendukung pertumbuhan pendidikan terletak pada insentif respon masyarakat. Jika insentif untuk berinvestasi tidak ada maka pengembangan pendidikan sedikit. Pemerintah yang mendorong masyarakat kesekolah tidak mengubah insentif masyarakat untuk berinvestasi. Negara yang membuat orang-orang berkemampuan tinggi sebagai satu-satunya aktivitas  bukan suatu formula yang sukses. Penciptaan keterampilan tinggi tanpa menggunakan pemanfaatan tekhnologi  tidak akan mampu membantu pertumbuhan ekonomi.
Ledakan Pendidikan.
Ledakan Pendidikan menunjukkan perkembangan pesat pada bidang pendidikan pada tahun 1960-1990. Hal itu dipicu oleh World Bank dan Lembaga donor bidang Pendidikan Dasar. Pada 1990 pendaftaran Sekolah Dasar telah mencapai 100% pada hampir setengah negara negara di dunia, padahal pada 1960 hanya mencapai 28%. Median utama pendaftaran meningkat dari 80 persen di tahun 1960 menjadi 99 persen di 1990. Negara Nepal menunjukkan peningkatan dari pendaftaran sekolah dasar 10 % di tahun 1960 menjadi 80 % pada tahun 1990. Sedangkan tahun 1960 terdapat bencana pada pendidikan sekunder seperti di Negeria. Nigeria hanya memiliki 1 anak yang  bersekolah dari 200 anak usia yang seharusnya sekolah menengah. Sejak tahun 1960 angka rata-rata partisipasi sekunder di negara dunia meningkat empat kali lipat dari 13%  anak usia sekolah menengah di tahun 1960 menjadi 45% pada tahun 1990. Perkembangan pendidikan juga terlihat pada  pendaftaran universitas. Pada tahun 1960, dua puluh sembilan negara tidak memiliki mahasiswa sedangkan pada tahun 1990 hanya tiga negara (yang Komoro, Gambia, dan Guinea-Bissau) yang tidak punya mahasiswa. Dari tahun 1960 hingga tahun 1990 menunjukkan angka partisipasi perguruan tinggi rata-rata negara-negara di dunia meningkat lebih dari tujuh kali yaitu 1% menjadi 7,5 %.

Kemana seluruh pendidikan pergi?
Respon apa yang terjadi akibat ledakan pendidikan? Jawabannya adalah sedikit atau malah bisa dikatakan tidak ada respon. Dalam beberapa penelitian mencatat kurangnya hubungan antara pertumbuhan sekolah dan pertumbuhan PDB.  Kurangnya pertumbuhan Afrika tidak seiring dengan ledakan pendidikan sehingga memunculkan pertanyaan "Kemana pendidikan pergi?” Studi ini menjelaskan rangkaian pertumbuhan pada sumber daya manusia(pendidikan) dan tidak menemukan hubungan antara pertumbuhan pendidikan dan pertumbuhan output perpekerja. Pertumbuhan pesat pendidikan terjadi pada 1960-1987 di beberapa negara Afrika, tetapi beberapa negara mengalami bencana pendidikan seperti Angola, Mozambie, Ghana, Zambia, Madagaskar, Sudan,dan Senegal.  Jepang, China, Singapur, Korea dan Indonesia mengalami pertumbuhan pendidikan(human capital) yang cepat. Seperti Zambia yang mengalami peningkatan pendidikan yang lebih cepat dari Korea tetapi pertumbuhan Zambia 7% lebih rendah.  Studi juga menunjukkan pertumbuhan dan pendidikan Eropa Timur dan Uni Soviet dibandingkan dengan Eropa  Barat dan Amerika Utara. Sebelumnya kita mengetahui bahwa fraction GDP perpekerja kecil pada Eropa Barat dan Amerika Utara. Misalnya Amerika Utara 97% sedangkan Ukraina 92%  tetapi America Utara memiliki GDP 7x lebih besar dari Ukraina. Fakta lainnya menunjukkan bahwa cerminan rendahnya pendidikan berkontribusi pada pertumbuhan. Pertumbuhan median dari negara miskin sangat rendah.  Pertumbuhan output perpekerja menurun dari 3% tahun 1960 menjadi 2,5% tahun1970, 0,5%  tahun 1980 dan 0% pada 1990.  Pada negara miskin juga terjadi penurunan pengembangan pendidikan pada saat yang sama. Karena terjadi hasil yang mengejutkan maka dilakukan pengecekan. Beberapa ekonom melakukan pengecekan pada angkatan kerja pada tahun 1965-1985 tetapi hasil tetap menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pertumbuhan pendidikan dengan pertumbuhan GDP perpekerja.
Studi kedua, memfokuskan pada modal manusia di Afrika. Studi ini menemukan bahwa tingkat pendidikan awal berkorelasi positif dengan pertumbuhan produktivitas. Dengan demikian, negara dengan modal manusia awal yang tinggi akan tumbuh cepat melalui pengaruh tidak langsung dari modal manusia terhadap pertumbuhan melalui produktivitas.
Studi ketiga, Ekonom lain mengemukakan hal yang sama bahwa pertumbuhan output bergantung secara positif terhadap pendidikan awal.  Hubungan tersebut selalu bersifat sementara. Ketika modal manusia relatif  tinggi dari modal fisik maka pengembalian investasi modal fisik akan tinggi dan pertumbuhan akan lebih tinggi hingga modal manusia dan modal pisik kembali seimbang. Hubungan bersifat sementara karena pertumbuhan bergantung pada pengembangan pendidikan tidak berlaku pada jangka panjang. Catatan pertama studi ini menunjukkan bahwa pertumbuhan cenderung berfluktuasi di sekitar rata-rata konstan sementara sekolah menunjukkan tren yang meningkat, Pendidikan yang meningkat seharusnya seiring meningkatnya pertumbuhan tetapi hal itu tidak terjadi, contohnya dari tahun 1960 ke tahun 1990-an menunjukkan rata-rata pertumbuhan dunia menurun meskipun peningkatan dalam pendidikan.
Variasi pertumbuhan di seluruh negara memiliki sedikit hubungan dengan variasi pertumbuhan modal manusia. Jika tingkat pertumbuhan perkapita suatu negara 1%  lebih cepat dari rata-rata, pertumbuhan modal manusia 0,06 % lebih cepat dari rata-rata sementara pertumbuhan produktivitas 0,91% pertumbuhan output menjadi  1,0 % lebih cepat. (Faktor lain yang juga seharusnya menjadi kunci pembangunan, modal fisik, hanya menyumbang 0,03 persentase poin terhadap pertumbuhan 1 persen lebih cepat).
Studi keempat menunjukkan hasil yang lebih rinci. Pertumbuhan modal manusia merupakan kekuatan utama di balik pertumbuhan. Jika pertumbuhan modal manusia mendorong pertumbuhan PDB, kemudian berkembang pesat ekonomi akan memiliki pertumbuhan pesat modal manusi. Ini berarti bahwa pekerja muda akan memiliki modal capital yang jauh lebih tinggi sehingga faktor tersebut cenderung memberikan upah pekerja muda yang lebih tinggi daripada pekerja tua. Namun kita lihat justu kenaikan upah berkaitan dengan pengalaman kerja sehingga semakin lama seorang bekerja(pekerja tua) lebih cepat peningkatan upahnya dibandikan pekerja muda. Jadi modal manusia tidak bisa dengan cepat tumbuh pada pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak bisa menjelaskan pertumbuhan yang cepat.
Kausalitas antara pendidikan dan pertumbuhan menunjukkan bahwa pendidikan akan bernilai lebih ketika upah keterampilan(skil) meningkat pesat dibandingkan jika upah bersifat tetap. Jadi dikemukakan bahwa intinya adalah pendidikan merupakan formula ajaib yang telah gagal memenuhi harapan.

Pendidikan dan Pendapatan
Temuan bahwa pendidikan tidak berpengaruh banyak untuk pertumbuhan sangat kontroversial. Meskipun kegagalan modal fisik dan pertumbuhan modal manusia menjelaskan variasi dalam pertumbuhan, sejumlah ekonom yakin  bahwa modal fisik dan modal manusia dapat menjelaskan variasi internasional dalam pendapatan. Gregory Mankiw menunjukkan bahwa pendapatan dalam jangka panjang dalam model Solow ditentukan dengan menyimpan dalam bentuk modal fisik dan modal manusia. Mankiw menggunakan persentase anak-anak terdaftar di sekolah menengah sebagai ukuran tabungan modal manusia. Memang ada hubungan yang kuat antara tingkat pendapatan dan rasio pendaftaran sekunder. Dalam model Solow akumulasi modal fisik tidak menjadi sumber pertumbuhan karena terjadi diminishing return(penurunan nilai guna barang akibat pemakaian). Sarana modal fisik dan modal manusia memiliki peran yang  penting dalam peningkatan produktifitas. Ini berarti bahwa negara-negara dengan teknologi yang sama bisa memiliki penghasilan yang sangat berbeda karena akumulasi modal manusia dan fisik. Mankiw melihat dalam beberapa penelitian memberikan bukti bahwa tingginya tingkat fisik dan akumulasi modal manusia menjelaskan sebagian besar pertumbuhan tinggi Timur Asia.
Selain itu Mankiw juga mencoba mengukur lemahnya pertumbuhan negara miskin. Pertumbuhan negara miskin tidak berkembang. Orang-orang yang menabung banyak (baik dalam bentuk modal manusia dan fisik) yang bergerak ke arah menjadi kaya; orang-orang yang menabung sedikit bergerak ke arah menjadi miskin. Mankiw juga melihat bahwa kurangnya aliran modal(modal fisik dan modal manusia) berkaitan dengan pendidikan. Modal fisik dapat bergerak keseluruh negara tetapi  modal manusia tidak. Jika kemiskinan negara miskin dijelaskan sebagai negara yang memiliki modal manusia rendah(human capital) maka investor internasioanal tidak akan mau berinvestasi karena kemampuan pekerja dalam pengembalian mesin  rendah.
Ada 3 masalah antara hubungan pendapatan dan pendidikan yaitu 1)pendidikan menengah memiliki pengukuran sempit untuk mengukur akumulasi pendidikan. Sedangkan pendidikan dasar bervariasi daripada pendidikan menengah dan menjelaskan jauh lebih sedikit dari variasi pendapatan; 2)Masalah kedua yaitu hubungan pendapatan dan keterampilan. Jika negara miskin memiliki kemiskinan keterampilan maka tenaga ahli akan mendapatkan bayaran yang tinggi. Apabila dilakukan perbandingan terhadap Amerika dan India maka terlihat hasil bahwa Amerika Serikat memiliki 14x pendapatan per kapita dan upah tidak terampil lebih besar dari  India pada tahun 1992.  Tenaga kerja tidak terampil berlimpah di India, sementara tenaga kerja terampil langka. Asumsi Mankiw menyiratkan bahwa seharusnya upah tenaga terampil di India lebih tinggi dari pada di Amerika dan trnaga terampil akan bertahan di India sedangkan tenaga tidak terampil akan berpindah keluar negeri tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa tenga terampil(berpendidikan) India 14,4 kali lebih mungkin untuk pindah ke Amerika dari India tidak berpendidikan. Hal itu terjadi karena perbedaan upah terampillebih terlihat di Negara-negara Kaya. Misalnya insinyur di Bombay memperoleh$ 2.300 pertahun sedangkan insinyur di New York menghasilkan $ 55.000 pertahun; 3) Masalah ketiga yang muncul adalah Kausalitas. Pendidikan akan naik secara alami ketika pendapatan perkapita naik disebabkan keinginan memanjakan diri ketika seseorang semakin “merasa” kaya. Sehingga hal itu tidak membuktikan bahwa peningkaan pendidikan akan meningkatkan produktivitas.


Pendidikan dan Insentif.
Dalam ekonomi yang memiliki intervensi pemerintahan, kegiatan pengembalian tertinggi untuk keterampilan dengan cara melobi pemerintah. Misalnya, pemerintah yang menetapkan kurs, melarang perdagangan mata uang asing, dan menciptakan inflasi tinggi telah menciptakan kesempatan untuk menguntungkan perdagangan dalam dolar. Orang terampil akan melobi pemerintah untuk akses ke valuta asing pada tingkat bunga tetap rendah dan kemudian menjualnya kembali di pasar gelap. Kegiatan ini tidak berkontribusi lebih tinggi PDB. Sehingga terlihat bahwa orang-orang terampil memilih kegiatan yang mendistribusikan pendapatan bukan kegiatan yang menciptakan pertumbuhan. Maka untuk menciptakan pertumbuhan maka diperlukan target pemerintah dalam ekspansi pendidikan dengan menyediakan sekolah umum gratis dan penanaman konsep membutuhkan anak-anak bersekolah. . Dalam ekonomi dengan insentif untuk berinvestasi di masa depan, siswa akan menerapkan diri untuk studi mereka, orang tua akan memantau kualitas pendidikan, dan guru akan menghadapi tekanan untuk mengajar. Dalam ekonomi tanpa insentif masa depan  untuk berinvestasi maka siswa akan menyia-nyiakan waktu di kelas atau kadang-kadang tidak hadir, orang tua sering menarik anak-anak mereka untuk bekerja dan guru tidak berkualifikasi. Malasah pada pendidikan yang tidak berkualitas diantaranya korupsi, gaji yang rendah bagi para guru, dan pengeluaran yang tidak memadai pada kebutuhan dasar(peralatan) dalam pendidikan. Sehingga keterampilan tinggi jika diiringi pertumbuhan insentif.

Chapter 5
Cash For Condoms?

            Teori Thomas Maltus mengatakan bahwa ledakan penduduk akan menyebabkan kesengsaraan dan kelaparan yang dapat terjadi berulang di seluruh dunia. Pada 1960-an sekitar satu dari setiap sepuluh negara mengalami kelaparan minimal sekali perdekade. Pada 1990-an, hanya satu negara dari dua ratus negara di dunia berhasil keluar dari kelaparan. Populasi Global terjadi sekitar dua kali lipat dari  1960-1998. Selain itu, Lester Brown menjelaskan bahwa populasi tumbuh lebih cepat dari pekerjaan, "Dengan tidak adanya suatu upaya yang dipercepat untuk memperlambat pertumbuhan penduduk di tahun-tahun mendatang, pengangguran bisa melambung". Dalam pandangan ahli pembangunan, pengendalian jumlah penduduk adalah obat mujarab yang menghindari bencana kelaparan dan memungkinkan negara-negara miskin untuk menjadi kaya. Dalam pengendalian jumlah penduduk dapat dilakukan melalui pengendalikan jumlah kelahiran melalui penggunaan Kondom. Sehingga banyak bantuan negara asing berupa bantuan langsung penyediaan Kondom.  
            Konferensi PBB mengenai Kependudukan dan Pembangunan di Kairo pada tahun 1994 mengadopsi program yang menganjurkan membuat keluarga berencana secara universal
pada tahun 2015. Lester Brown
menegaskan bahwa perlu tindakan nyata untuk program universal tersebut melalui  uang tunai untuk kondom. Lembaga bantuan AS (USAID) memainkan peran penting dalam mempromosikan keluarga berencana. USAID mengelola sistem global untuk pengiriman pasokan kontrasepsi. Banyak negara donor dan bergantung pada pasokan kontrasepsi USAID yang dirancang untuk memastikan ketersediaan dan pilihan kontrasepsi sepanjang tahun. Dalam penerima USAID seperti El Salvador dan Mesir, terdapat kondom begitu banyak diberikan kepada masyarakat sehingga tercipta penurunan nilai seperti dalam penggunaan sebagai balon untuk pertandingan sepak bola.

Mitos Kelahiran Yang Diinginkan
            Bantuan uang tunai untuk kondom tidak konsisten dengan prinsip bahwa orang-orang merespons insentif. Bantuan untuk kontrasepsi menyiratkan dampak pada pasar bebas yang tidak mencapai keseimbangan antara penawaran dan permintaan. 150 juta pasangan yang masih memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi akan berhenti memiliki bayi jika hanya biaya bantuan kondom yang tersedia untuk mereka. Tetapi kondom adalah seperti barang lain  yang dapat disediakan dalam pasar bebas. Pihak yang menentang bantuan berupa uang tunai untuk penyediaan kondom merasa bahwa penyediaan kondom tidak perlu dilakukan karena dapat disediakan oleh Ekonomi pasar.
            Pihak yang membela bantuan tunai untuk kondom mengatakan bahwa keluarga miskin tidak bisa membeli kondom. Alasan ini kurang logis sebab harga biaya seorang anak lebih mahal dari sebuah kondom.  Kondom dapat dibeli secara internasional sekitar 33sen. Harga satu kondom merupakan faktor kecil dibandingkan dengan insentif lain dan disinsentif untuk memiliki anak. Para advokat bantuan kontrasepsi menjelaskan bahwa orang-orang miskin di negara tidak memiliki akses ke kondom dengan harga apapun.
             Lant Pritchett membandingkan jumlah anak yang diinginkan dengan jumlah sesungguhnya anak-anak di berbagai negara. Ia menemukan bahwa di negara-negara dengan jumlah kelahiran perperempuan besar, sebenarnya perempuan juga memiliki jumlah kelahiran diinginkan yang besar. Sekitar 90 persen dari perbedaan antar negara-negara di aktual kelahiran dijelaskan oleh kelahiran yang diinginkan. Sehingga jumlah anak memiliki kesesuaian yang besar dengan keinginan . Semua hal tersebut menunjukkan permintaan tidak terpenuhi untuk kontrasepsi.

Pemeriksaan Bencana Populasi
            Jika pertumbuhan penduduk menyebabkan kekurangan kelaparan, air, pengangguran besar-besaran, dan bencana lainnya, kita akan mengharapkan untuk melihat itu menunjukkan dalam kinerja ekonomi secara keseluruhan. Negara-negara yang pertumbuhan penduduk yang pesat maka seharusnya pertumbuhan PDB per kapita negatif(rendah). Menurut Alarmists, Pertumbuhan penduduk yang luar biasa melampaui kemampuan kapasitas produktif  dan produksi pangan untuk menghasilkan pekerjaan menyebabkan PDB per kapita menurun ketika Pertumbuhan populasi terlalu tinggi. Namun tidak ada bukti yang menunjukkan pertumbuhan populasi mempengaruhi per kapita. Hubungan statistik yang menunjukkan pertumbuhan dan faktor penentu yang mendasar  tidak berpengaruh signifikan pada pertumbuhan penduduk perkapita. Ketika dilakukakan pengontrolan kebijakan pemerintah  terhadap pertumbuhan pada tahun 1960 hingga 1990 ditemukan hubungan positif tetapi tidak signifikan  antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan GDP per kapita .
            Ada beberapa fakta tentang dunia yang membuat kurangnya hubungan antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi per kapita. Fakta pertama, Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi perkapita melambat di negara-negara industri. Fakta kedua adalah bahwa pertumbuhan penduduk tidak cukup bervariasi di seluruh negara untuk menjelaskan variasi dalam per kapita pertumbuhan. PDB per kapita pertumbuhan bervariasi antara -2 dan +7 persen semua negara untuk periode 1960 sampai 1992 sedangkan pertumbuhan penduduk bervariasi antara 1 dan 4 %.        Hal itu menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk bersifat positif (1-4% kenaikan) saat pertumbuhan PDB bernilai negatif(menurun) maupun positif(meningkat). Perbedaan hubungan tersebut dapat dilihat dari  beberapa negara seperti  Botswana dengan pertumbuhan penduduk yang cepat dan pertumbuhan yang cepat juga pada pertumbuhan ekonomi per kapita sedangkan negara di Asia Timur tumbuh jauh lebih cepat daripada negara industri  meskipun pertumbuhan penduduk lebih tinggi daripada negara industri. Fakta ketiga menunjukkan pertumbuhan penduduk telah melambat sekitar 0,5 persen poin dari 1960 ke 1990 di Dunia Ketiga. Tapi, seperti yang telah kita dilihat, Dunia Ketiga pertumbuhan perkapita melambat selama periode sama. Selain itu, tidak ada hubungan di antara Keberhasilan negara-negara dalam memperlambat pertumbuhan penduduk dan keberhasilan untuk meningkatkan pertumbuhan perkapita. Hampir semua negara memiliki perlambatan Pertumbuhan perkapita  dan tingkat perlambatan tidak berhubungan dengan perubahan dalam pertumbuhan penduduk.

Tinggi Populasi Baik atau Buruk?
Orang tua memutuskan untuk memiliki anak tidak mempertimbangkan semua dampak dari keputusan. Populasi tinggi dapat membahayakan lingkungan alam tetapi juga bisa menjadi efek positif yaitu satu bayi adalah salah satu wajib pajak di masa depan yang dapat membantu membayar program pemerintah. Salah satu alasan utama jaminan sosial secara finansial bermasalah di negara-negara paling kaya adalah bahwa pertumbuhan populasi melambat sehingga menurunkan proporsi pekerja yang membayar pajak untuk pensiunan. Negara yang lebih baik untuk jaminan sosial di Amerika Serikat adalah ketika penduduk tumbuh lebih cepat. Simon Kuznets dan Julian Simon menjelaskan bahwa semakin banyak bayi ada maka semakin besar kemungkinan bahwa salah satu dari mereka akan tumbuh menjadi Mozart, Einstein, atau Bill Gates.
Pertumbuhan penduduk juga dapat memacu inovasi teknologi karena meningkatkan tekanan pada sumber daya yang tersedia. Sebagai rasio orang untuk naik tanah, misalnya, orang dipaksa untuk dating dengan ide-ide baru untuk mendapatkan lebih banyak makanan dari tanah yang ada. Populasi. Tekanan "Prinsip pertama kali dinyatakan oleh Boserup Ester. Penduduk terus meningkat sejak tahun 1960-an, sementara pertumbuhan penduduk menurun. Pertumbuhan penduduk menurun karena tingkat kelahiran menurun.Walaupun secara keseluruhan jumlah penduduk mengalami kenaikan tetapi teori Malthus yang menjelaskan aan terjadi bencana kelaparan akibat ledakan penduduk tidak terjadi.
Berdasarkan pemaparan mengenai baik dan buruknya dampak populasi dapat disimpulkan bahwa subsidi kontrasepsi bukan cara yang tepat  karena harga alat kontrasepsi merupakan faktor yang sangat kecil dalam keputusan untuk memiliki anak. Kedua, manfaat bersih dan biaya dari populasi yang lebih besar sangat tidak jelas. Sehingga masing-masing negara harus memutuskan sendiri solusi untuk menghadapi pertumbuhan populasi sebagai sumber pajak baru atau sebagai maslah kekurangan pangan.

Pembangunan, Kontrasepsi Terbaik
Hubungan negatif antara pendapatan per kapita dan pertumbuhan penduduk ditunjukkan oleh banyak hasil penelitian. Dalam data penelitian ditunjukkan bahwa dinegara-negara kaya jumlah orang tua di lebih banyak dari jumlah bayi. Negara miskin rata-rata kelahiran perperempuan adalah 6,5 sedangkan negara kaya 1,7. Dinegara kaya kualitas anak lebih diutamakan dari kuantitas. Hal itu ditunjukkan melalui fakta bahwa  Orangtua dinegara kaya memiliki anak lebih sedikit tetapi berinvestasi lebih banyak pada setiap anak dalam bentuk
sekolah, gizi, dan kursus balet
. Gary Becker menjelaskan bahwa oang kaya memiliki ketersediaan waktu mereka bersifat berharga(lebih bernilai) sehingga waktunya tidak dihabiskan pada hal yang dianggap dapat menghilangkan pendapatan seperti merawat anak yang dapat memakan waktu. Sehingga orang tua kaya memilih untuk menghabiskan lebih banyak waktu pada pekerjaan dan kurang pada aktivitas sebagai orangtua. Sedangkan orang tua miskin entensitas bekerja kecil,sehingga menghabiskan lebih banyak waktu sebagai orangtua dan memiliki lebih banyak keturunan.
Jadi orang kaya berinvestasi dalam akuisisi keterampilan lebih untuk anak-anak daripada orang miskin. Maka sebuah negara secara keseluruhan tergantung pada keterampilan awal rata-rata tingkat orang tua. Sehingga masyarakat dapat menjadi penduduk yang kesuburan tinggi dan pendapatan rendah atau pendapatan tinggi dengan kesuburan rendah. Kedua kondisi tersebut dianggap kurang baik karena negara miskin yang memiliki jumlah anak banyak dan ketidak mampuan menjadikan anak sebagai investasi untuk masa depan sebab mereka tidak memiliki dana cukup untuk memberikan keterampilan kepada anak-anaknya, sedangkan negara kaya memiliki otangtua yang memiliki kemampuan untuk berinvestasi terhadap anak namun memiliki keterbatasan waktu terhadap pengawasan pertumbuhan anak. Sehingga penggunaan bantuan langsung kondom dinilai masih jauh dari ketepatan solusi permasalahan pembangunan.  


Dua Revolusi
            Perkembangan di dunia mengalami du revolusi yaitu revolusi industry dan revolusi demografi. Revolusi industry bertujuan agar produksi alam bisa lebih banyak daripada sumberdaya alam yang tersedia. Sedangkan revolusi demografi merupakan pertumbuhan penduduk yang cepat pada awalnya dan semakin melambat. Keterkaitan antara revolusi industri dan demografi dapat dilihat dari hubungan tekhnologi dan pertumbuhan bersifat positif. Penduduk yang lebih banyak berarti kemungkinan penemu tekhnologi lebih banyak sehingga meningkatkan tekhnologi. Kemajuan tekhnologi menyebabkan populasi lebih besar. Hal itu karena meningkatnya standar hidup.  Fase ini disebut pertumbuhan luas dan sudah menyebar diseluruh negara dunia. Pada tahap selanjutnya dalam dua revolusi, laju pertumbuhan Pendapatan perkapita semakin meningkat sedangkan pertumbuhan populasi menurun. fase pertumbuhan ini  disebut pertumbuhan intensif karena setiap pekerja memproduksi lebih banyak output untuk meningkatkan standar hidup, industri menggunakan pekerja lebih intensif. Pertumbuhan intensif belum menyebar ke semua daerah, tetapi telah mengakar di negara-negara industri Barat dan Asia Timur.
Robert Lucas berpendapat bahwa peningkatan tingkat pengembalian terhadap pengetahuan dan keterampilan("modal manusia) telah beralih dari ekstensif ke intensif teknologi. Berinvestasi dalam modal manusia memiliki hasil tinggi di masa depan. Hal ini menyiratkan dua hal yaitu produksi per-orang akan meningkat karena setiap orang dapat menghasilkan lebih karena keterampilan yang lebih tinggi dan orang tua yang peduli tentang kesejahteraan anak-anak akan berinvestasi pada pendidikan yang lebih pada setiap anak serta mengurangi jumlah anak yang mereka miliki. Dengan demikian, kita akan mendapatkan intensif pertumbuhan dengan meningkatnya standar hidup dan pertumbuhan populasi menurun. Sehingga jawaban yang tepat untuk negara yang khawatir terhadap pertumbuhan penduduk adalah melakukan investasi modal manusia
.

0 komentar:

Posting Komentar

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com