Chapter 4: Educated For What?
Ada perbedaan pendapat mengenai
pentingnya pendidikan. Jacques Delors menilai bahwa pendidikan bukan obat ajaib
tetapi anggota UNESCO mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu pokok
sarana yang tersedia untuk mendorong pembangunan manusia dalam mengurangi
kemiskinan, ekslusif, kebodohan, penindasan dan perang. Bahkan Delor mengatakan
bahwa leluruh biasanya meninggalkan warisan
berupa harta tetapi sebenarnya harta tersembunyi berada di dalam diri
kita yaitu kemauan belajar.
“Konfrensi Dunia mengenai Pendidikan
untuk Semua” pada 1990 terdiri dari beberapa lembaga internasional seperti
UNESCO, UNICEF,World Bank, dan United Nations Development Program
mendeklarasikan bahwa pendidikan mempunyai fungsi untuk memberi jaminan rasa aman, sehat, lebih
sejahtera dan berwawasan lingkungan dunia, serta berkontribusi terhadap
kemajuan sosial, ekonomi, dan budaya, toleransi, dan kerja sama internasional.
Sekjen UNESCO, Federico Mayor menjelaskan bahwa "Tingkat pendidikan keseluruhan
penduduk suatu negara tertentu menentukan bahwa kemampuan negara untuk berbagi
dalam pengembangan dunia. Manfaat dari kemajuan pengetahuan akan membuat
kemajuan bangsanya melalui kontribusi pendidikan. Hal itu merupakan kebenaran
yang jelas dan tidak diraguka.” Inter-American Development Bank (IADB) juga mencatat
"Bahwa investasi dalam modal manusia [pendidikan] diakui dapat
mempromosikan pertumbuhan ekonomi.” Pada tahun 1997 World Development Report
dari World Bank mencatat bahwa ekonomi dari banyak Negara-negara Asia di bagian dari Timur sukses akibat dari
komitmen mereka yang tak tergoyahkan pada pengggunaan dana publik untuk
pendidikan dasar sebagai landasan pembangunan ekonomi. World Bank juga merangkum
bahwa "Pendidikan dan pelatihan laki-laki (meskipun sering mengabaaikan perempuan)
memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi melalui efek pada
produktivitas, pendapatan, mobilitas kerja, kewirausahaan keterampilan, dan inovasi
teknologi.
Respon pertumbuhan untuk pendidikan yang
ekspansif selama empat dekade
menunjukkan hasil yang mengecewakan. Kegagalan pemerintah dalam mendukung
pertumbuhan pendidikan terletak pada insentif respon masyarakat. Jika insentif
untuk berinvestasi tidak ada maka pengembangan pendidikan sedikit. Pemerintah yang
mendorong masyarakat kesekolah tidak mengubah insentif masyarakat untuk
berinvestasi. Negara yang membuat orang-orang berkemampuan tinggi sebagai
satu-satunya aktivitas bukan suatu
formula yang sukses. Penciptaan keterampilan tinggi tanpa menggunakan pemanfaatan
tekhnologi tidak akan mampu membantu
pertumbuhan ekonomi.
Ledakan
Pendidikan.
Ledakan Pendidikan menunjukkan
perkembangan pesat pada bidang pendidikan pada tahun 1960-1990. Hal itu dipicu
oleh World Bank dan Lembaga donor bidang Pendidikan Dasar. Pada 1990
pendaftaran Sekolah Dasar telah mencapai 100% pada hampir setengah negara
negara di dunia, padahal pada 1960 hanya mencapai 28%. Median utama pendaftaran
meningkat dari 80 persen di tahun 1960 menjadi 99 persen di 1990. Negara Nepal
menunjukkan peningkatan dari pendaftaran sekolah dasar 10 % di tahun 1960
menjadi 80 % pada tahun 1990. Sedangkan tahun 1960 terdapat bencana pada pendidikan
sekunder seperti di Negeria. Nigeria hanya memiliki 1 anak yang bersekolah dari 200 anak usia yang seharusnya
sekolah menengah. Sejak tahun 1960 angka rata-rata partisipasi sekunder di negara
dunia meningkat empat kali lipat dari 13% anak usia sekolah menengah di tahun 1960
menjadi 45% pada tahun 1990. Perkembangan pendidikan juga terlihat pada pendaftaran universitas. Pada tahun 1960, dua
puluh sembilan negara tidak memiliki mahasiswa sedangkan pada tahun 1990 hanya
tiga negara (yang Komoro, Gambia, dan Guinea-Bissau) yang tidak punya mahasiswa.
Dari tahun 1960 hingga tahun 1990 menunjukkan angka partisipasi perguruan
tinggi rata-rata negara-negara di dunia meningkat lebih dari tujuh kali yaitu
1% menjadi 7,5 %.
Kemana
seluruh pendidikan pergi?
Respon apa yang terjadi akibat ledakan
pendidikan? Jawabannya adalah sedikit atau malah bisa dikatakan tidak ada respon.
Dalam beberapa penelitian mencatat kurangnya hubungan antara pertumbuhan
sekolah dan pertumbuhan PDB. Kurangnya
pertumbuhan Afrika tidak seiring dengan ledakan pendidikan sehingga memunculkan
pertanyaan "Kemana pendidikan pergi?” Studi ini menjelaskan rangkaian pertumbuhan
pada sumber daya manusia(pendidikan) dan tidak menemukan hubungan antara
pertumbuhan pendidikan dan pertumbuhan output perpekerja. Pertumbuhan pesat
pendidikan terjadi pada 1960-1987 di beberapa negara Afrika, tetapi beberapa
negara mengalami bencana pendidikan seperti Angola, Mozambie, Ghana, Zambia,
Madagaskar, Sudan,dan Senegal. Jepang,
China, Singapur, Korea dan Indonesia mengalami pertumbuhan pendidikan(human
capital) yang cepat. Seperti Zambia yang mengalami peningkatan pendidikan yang
lebih cepat dari Korea tetapi pertumbuhan Zambia 7% lebih rendah. Studi juga menunjukkan pertumbuhan dan
pendidikan Eropa Timur dan Uni Soviet dibandingkan dengan Eropa Barat dan Amerika Utara. Sebelumnya kita mengetahui bahwa fraction GDP perpekerja kecil pada Eropa Barat dan Amerika
Utara. Misalnya Amerika Utara 97% sedangkan Ukraina 92% tetapi America Utara memiliki GDP 7x lebih
besar dari Ukraina. Fakta lainnya menunjukkan bahwa cerminan rendahnya
pendidikan berkontribusi pada pertumbuhan. Pertumbuhan median dari negara
miskin sangat rendah. Pertumbuhan output
perpekerja menurun dari 3% tahun 1960 menjadi 2,5% tahun1970, 0,5% tahun 1980 dan 0% pada 1990. Pada negara miskin juga terjadi penurunan
pengembangan pendidikan pada saat yang sama. Karena terjadi hasil yang
mengejutkan maka dilakukan pengecekan. Beberapa ekonom melakukan pengecekan
pada angkatan kerja pada tahun 1965-1985 tetapi hasil tetap menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara pertumbuhan pendidikan dengan pertumbuhan GDP perpekerja.
Studi kedua,
memfokuskan pada modal manusia di Afrika. Studi ini menemukan bahwa tingkat
pendidikan awal berkorelasi positif dengan pertumbuhan produktivitas. Dengan
demikian, negara dengan modal manusia awal yang tinggi akan tumbuh cepat
melalui pengaruh tidak langsung dari modal manusia terhadap pertumbuhan melalui
produktivitas.
Studi ketiga,
Ekonom lain mengemukakan hal yang sama bahwa pertumbuhan output bergantung
secara positif terhadap pendidikan awal. Hubungan tersebut selalu bersifat sementara. Ketika
modal manusia relatif tinggi dari modal
fisik maka pengembalian investasi modal fisik akan tinggi dan pertumbuhan akan
lebih tinggi hingga modal manusia dan modal pisik kembali seimbang. Hubungan
bersifat sementara karena pertumbuhan bergantung pada pengembangan pendidikan
tidak berlaku pada jangka panjang. Catatan pertama studi ini menunjukkan bahwa
pertumbuhan cenderung berfluktuasi di sekitar rata-rata konstan sementara
sekolah menunjukkan tren yang meningkat, Pendidikan yang meningkat seharusnya
seiring meningkatnya pertumbuhan tetapi hal itu tidak terjadi, contohnya dari
tahun 1960 ke tahun 1990-an menunjukkan rata-rata pertumbuhan dunia menurun
meskipun peningkatan dalam pendidikan.
Variasi pertumbuhan di seluruh negara
memiliki sedikit hubungan dengan variasi pertumbuhan modal manusia. Jika
tingkat pertumbuhan perkapita suatu negara 1% lebih cepat dari rata-rata, pertumbuhan modal
manusia 0,06 % lebih cepat dari rata-rata sementara pertumbuhan produktivitas
0,91% pertumbuhan output menjadi 1,0 % lebih
cepat. (Faktor lain yang juga seharusnya menjadi kunci pembangunan, modal
fisik, hanya menyumbang 0,03 persentase poin terhadap pertumbuhan 1 persen
lebih cepat).
Studi keempat menunjukkan
hasil yang lebih rinci. Pertumbuhan modal manusia merupakan kekuatan utama di
balik pertumbuhan. Jika pertumbuhan modal manusia mendorong pertumbuhan PDB,
kemudian berkembang pesat ekonomi akan memiliki pertumbuhan pesat modal manusi.
Ini berarti bahwa pekerja muda akan memiliki modal capital yang jauh lebih tinggi
sehingga faktor tersebut cenderung memberikan upah pekerja muda yang lebih
tinggi daripada pekerja tua. Namun kita lihat justu kenaikan upah berkaitan
dengan pengalaman kerja sehingga semakin lama seorang bekerja(pekerja tua)
lebih cepat peningkatan upahnya dibandikan pekerja muda. Jadi modal manusia
tidak bisa dengan cepat tumbuh pada pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak
bisa menjelaskan pertumbuhan yang cepat.
Kausalitas
antara pendidikan dan pertumbuhan menunjukkan bahwa pendidikan akan bernilai
lebih ketika upah keterampilan(skil) meningkat pesat dibandingkan jika upah
bersifat tetap. Jadi dikemukakan bahwa intinya adalah pendidikan merupakan
formula ajaib yang telah gagal memenuhi harapan.
Pendidikan
dan Pendapatan
Temuan bahwa pendidikan tidak
berpengaruh banyak untuk pertumbuhan sangat kontroversial. Meskipun kegagalan
modal fisik dan pertumbuhan modal manusia menjelaskan variasi dalam
pertumbuhan, sejumlah ekonom yakin bahwa
modal fisik dan modal manusia dapat menjelaskan variasi internasional dalam
pendapatan. Gregory Mankiw menunjukkan bahwa pendapatan dalam jangka panjang
dalam model Solow ditentukan dengan menyimpan dalam bentuk modal fisik dan
modal manusia. Mankiw menggunakan persentase anak-anak terdaftar di sekolah
menengah sebagai ukuran tabungan modal manusia. Memang ada hubungan yang kuat
antara tingkat pendapatan dan rasio pendaftaran sekunder. Dalam model Solow
akumulasi modal fisik tidak menjadi sumber pertumbuhan karena terjadi diminishing return(penurunan nilai guna
barang akibat pemakaian). Sarana modal fisik dan modal manusia memiliki peran
yang penting dalam peningkatan
produktifitas. Ini berarti bahwa negara-negara dengan teknologi yang sama bisa
memiliki penghasilan yang sangat berbeda karena akumulasi modal manusia dan
fisik. Mankiw melihat dalam beberapa penelitian memberikan bukti bahwa
tingginya tingkat fisik dan akumulasi modal manusia menjelaskan sebagian besar
pertumbuhan tinggi Timur Asia.
Selain itu Mankiw juga mencoba mengukur
lemahnya pertumbuhan negara miskin. Pertumbuhan negara miskin tidak berkembang.
Orang-orang yang menabung banyak (baik dalam bentuk modal manusia dan fisik)
yang bergerak ke arah menjadi kaya; orang-orang yang menabung sedikit bergerak
ke arah menjadi miskin. Mankiw juga melihat bahwa kurangnya aliran modal(modal
fisik dan modal manusia) berkaitan dengan pendidikan. Modal fisik dapat
bergerak keseluruh negara tetapi modal
manusia tidak. Jika kemiskinan negara miskin dijelaskan sebagai negara yang
memiliki modal manusia rendah(human capital) maka investor internasioanal tidak
akan mau berinvestasi karena kemampuan pekerja dalam pengembalian mesin rendah.
Ada 3 masalah antara hubungan pendapatan
dan pendidikan yaitu 1)pendidikan menengah memiliki pengukuran sempit untuk
mengukur akumulasi pendidikan. Sedangkan pendidikan dasar bervariasi daripada
pendidikan menengah dan menjelaskan jauh lebih sedikit dari variasi pendapatan;
2)Masalah kedua yaitu hubungan pendapatan dan keterampilan. Jika negara miskin
memiliki kemiskinan keterampilan maka tenaga ahli akan mendapatkan bayaran yang
tinggi. Apabila dilakukan perbandingan terhadap Amerika dan India maka terlihat
hasil bahwa Amerika Serikat memiliki 14x pendapatan per kapita dan upah tidak
terampil lebih besar dari India pada
tahun 1992. Tenaga kerja tidak terampil
berlimpah di India, sementara tenaga kerja terampil langka. Asumsi Mankiw
menyiratkan bahwa seharusnya upah tenaga terampil di India lebih tinggi dari
pada di Amerika dan trnaga terampil akan bertahan di India sedangkan tenaga tidak
terampil akan berpindah keluar negeri tetapi kenyataannya menunjukkan bahwa
tenga terampil(berpendidikan) India 14,4 kali lebih mungkin untuk pindah ke
Amerika dari India tidak berpendidikan. Hal itu terjadi karena perbedaan upah
terampillebih terlihat di Negara-negara Kaya. Misalnya insinyur di Bombay
memperoleh$ 2.300 pertahun sedangkan insinyur di New York menghasilkan $ 55.000
pertahun; 3) Masalah ketiga yang muncul adalah Kausalitas. Pendidikan akan naik
secara alami ketika pendapatan perkapita naik disebabkan keinginan memanjakan
diri ketika seseorang semakin “merasa” kaya. Sehingga hal itu tidak membuktikan
bahwa peningkaan pendidikan akan meningkatkan produktivitas.
Pendidikan
dan Insentif.
Dalam ekonomi yang memiliki intervensi
pemerintahan, kegiatan pengembalian tertinggi untuk keterampilan dengan cara
melobi pemerintah. Misalnya, pemerintah yang menetapkan kurs, melarang
perdagangan mata uang asing, dan menciptakan inflasi tinggi telah menciptakan
kesempatan untuk menguntungkan perdagangan dalam dolar. Orang terampil akan
melobi pemerintah untuk akses ke valuta asing pada tingkat bunga tetap rendah
dan kemudian menjualnya kembali di pasar gelap. Kegiatan ini tidak
berkontribusi lebih tinggi PDB. Sehingga terlihat bahwa orang-orang terampil
memilih kegiatan yang mendistribusikan pendapatan bukan kegiatan yang
menciptakan pertumbuhan. Maka untuk menciptakan pertumbuhan maka diperlukan
target pemerintah dalam ekspansi pendidikan dengan menyediakan sekolah umum
gratis dan penanaman konsep membutuhkan anak-anak bersekolah. . Dalam ekonomi
dengan insentif untuk berinvestasi di masa depan, siswa akan menerapkan diri
untuk studi mereka, orang tua akan memantau kualitas pendidikan, dan guru akan
menghadapi tekanan untuk mengajar. Dalam ekonomi tanpa insentif masa depan untuk berinvestasi maka siswa akan
menyia-nyiakan waktu di kelas atau kadang-kadang tidak hadir, orang tua sering
menarik anak-anak mereka untuk bekerja dan guru tidak berkualifikasi. Malasah
pada pendidikan yang tidak berkualitas diantaranya korupsi, gaji yang rendah
bagi para guru, dan pengeluaran yang tidak memadai pada kebutuhan
dasar(peralatan) dalam pendidikan. Sehingga keterampilan tinggi jika diiringi
pertumbuhan insentif.
Chapter 5
Cash For Condoms?
Teori Thomas Maltus
mengatakan bahwa ledakan penduduk akan menyebabkan kesengsaraan dan kelaparan
yang dapat terjadi berulang di seluruh dunia. Pada 1960-an sekitar satu dari
setiap sepuluh negara mengalami kelaparan minimal sekali perdekade. Pada
1990-an, hanya satu negara dari dua ratus negara di dunia berhasil keluar dari
kelaparan. Populasi Global terjadi sekitar dua kali lipat dari 1960-1998. Selain itu, Lester Brown
menjelaskan bahwa populasi tumbuh lebih cepat dari pekerjaan, "Dengan
tidak adanya suatu upaya yang dipercepat untuk memperlambat pertumbuhan
penduduk di tahun-tahun mendatang, pengangguran bisa melambung". Dalam pandangan ahli pembangunan,
pengendalian jumlah penduduk adalah
obat mujarab yang menghindari bencana kelaparan dan memungkinkan negara-negara miskin untuk menjadi kaya.
Dalam pengendalian jumlah penduduk dapat dilakukan melalui pengendalikan jumlah
kelahiran melalui penggunaan Kondom. Sehingga banyak bantuan negara asing
berupa bantuan langsung penyediaan Kondom.
Konferensi PBB mengenai Kependudukan
dan Pembangunan di Kairo pada tahun 1994 mengadopsi
program yang menganjurkan membuat keluarga berencana secara universal
pada tahun 2015. Lester Brown menegaskan bahwa perlu tindakan nyata untuk program universal tersebut melalui uang tunai untuk kondom. Lembaga bantuan AS (USAID) memainkan peran penting dalam mempromosikan keluarga berencana. USAID mengelola sistem global untuk pengiriman pasokan kontrasepsi. Banyak negara donor dan bergantung pada pasokan kontrasepsi USAID yang dirancang untuk memastikan ketersediaan dan pilihan kontrasepsi sepanjang tahun. Dalam penerima USAID seperti El Salvador dan Mesir, terdapat kondom begitu banyak diberikan kepada masyarakat sehingga tercipta penurunan nilai seperti dalam penggunaan sebagai balon untuk pertandingan sepak bola.
pada tahun 2015. Lester Brown menegaskan bahwa perlu tindakan nyata untuk program universal tersebut melalui uang tunai untuk kondom. Lembaga bantuan AS (USAID) memainkan peran penting dalam mempromosikan keluarga berencana. USAID mengelola sistem global untuk pengiriman pasokan kontrasepsi. Banyak negara donor dan bergantung pada pasokan kontrasepsi USAID yang dirancang untuk memastikan ketersediaan dan pilihan kontrasepsi sepanjang tahun. Dalam penerima USAID seperti El Salvador dan Mesir, terdapat kondom begitu banyak diberikan kepada masyarakat sehingga tercipta penurunan nilai seperti dalam penggunaan sebagai balon untuk pertandingan sepak bola.
Mitos
Kelahiran Yang Diinginkan
Bantuan uang tunai untuk kondom tidak konsisten dengan prinsip
bahwa orang-orang merespons insentif. Bantuan untuk
kontrasepsi menyiratkan dampak pada pasar bebas yang tidak mencapai
keseimbangan antara penawaran dan permintaan. 150 juta pasangan yang masih memiliki kebutuhan yang belum
terpenuhi untuk kontrasepsi akan berhenti memiliki bayi jika hanya biaya bantuan kondom yang tersedia untuk
mereka. Tetapi kondom adalah seperti barang lain yang dapat disediakan dalam pasar bebas. Pihak
yang menentang bantuan berupa uang tunai untuk penyediaan kondom merasa bahwa
penyediaan kondom tidak perlu dilakukan karena dapat disediakan oleh Ekonomi
pasar.
Pihak
yang membela bantuan
tunai untuk kondom mengatakan bahwa keluarga miskin tidak
bisa membeli
kondom.
Alasan ini kurang logis sebab harga biaya seorang anak lebih mahal dari sebuah
kondom. Kondom dapat dibeli secara internasional sekitar 33sen. Harga satu kondom merupakan faktor kecil
dibandingkan dengan insentif lain dan
disinsentif untuk memiliki anak.
Para advokat bantuan kontrasepsi menjelaskan bahwa orang-orang miskin di
negara tidak memiliki akses ke kondom dengan harga apapun.
Lant Pritchett
membandingkan jumlah anak yang diinginkan dengan jumlah sesungguhnya anak-anak di berbagai negara. Ia menemukan bahwa di negara-negara dengan jumlah
kelahiran perperempuan besar, sebenarnya perempuan juga memiliki jumlah kelahiran diinginkan yang
besar. Sekitar 90 persen dari perbedaan antar
negara-negara di aktual kelahiran dijelaskan oleh kelahiran yang diinginkan. Sehingga jumlah anak
memiliki kesesuaian yang besar dengan keinginan . Semua hal tersebut
menunjukkan permintaan tidak terpenuhi untuk kontrasepsi.
Pemeriksaan
Bencana Populasi
Jika pertumbuhan penduduk menyebabkan kekurangan
kelaparan, air, pengangguran besar-besaran,
dan bencana lainnya, kita akan mengharapkan untuk melihat
itu menunjukkan dalam kinerja ekonomi secara keseluruhan. Negara-negara yang pertumbuhan penduduk yang pesat
maka
seharusnya pertumbuhan PDB per
kapita negatif(rendah). Menurut
Alarmists, Pertumbuhan penduduk yang luar biasa melampaui kemampuan kapasitas produktif dan produksi pangan untuk menghasilkan pekerjaan menyebabkan PDB per kapita menurun ketika Pertumbuhan populasi
terlalu tinggi. Namun tidak ada bukti yang menunjukkan pertumbuhan populasi
mempengaruhi per kapita. Hubungan statistik yang menunjukkan pertumbuhan dan faktor penentu yang mendasar
tidak berpengaruh signifikan pada pertumbuhan penduduk perkapita.
Ketika dilakukakan pengontrolan kebijakan pemerintah terhadap
pertumbuhan pada tahun 1960 hingga 1990
ditemukan hubungan positif
tetapi tidak
signifikan antara pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan GDP per kapita .
Ada beberapa fakta tentang dunia yang membuat kurangnya
hubungan antara pertumbuhan
penduduk dan pertumbuhan ekonomi per kapita. Fakta pertama, Pertumbuhan penduduk
dan pertumbuhan ekonomi perkapita melambat di
negara-negara industri. Fakta kedua adalah bahwa pertumbuhan penduduk tidak cukup bervariasi di seluruh negara untuk menjelaskan
variasi dalam per kapita pertumbuhan. PDB per kapita pertumbuhan bervariasi antara
-2 dan +7 persen semua negara untuk periode 1960 sampai 1992 sedangkan pertumbuhan penduduk bervariasi
antara 1 dan 4 %. Hal
itu menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk bersifat positif (1-4% kenaikan)
saat pertumbuhan PDB bernilai negatif(menurun) maupun positif(meningkat). Perbedaan
hubungan tersebut dapat dilihat dari
beberapa negara seperti Botswana dengan
pertumbuhan penduduk yang cepat dan
pertumbuhan yang cepat
juga pada pertumbuhan
ekonomi per kapita sedangkan negara di Asia Timur
tumbuh jauh lebih cepat daripada negara industri meskipun pertumbuhan penduduk lebih tinggi
daripada negara industri. Fakta ketiga menunjukkan pertumbuhan penduduk telah
melambat sekitar 0,5 persen poin dari 1960 ke 1990 di Dunia Ketiga. Tapi,
seperti yang telah kita dilihat, Dunia Ketiga pertumbuhan perkapita melambat
selama periode sama. Selain itu, tidak ada hubungan di antara Keberhasilan negara-negara
dalam memperlambat pertumbuhan penduduk dan keberhasilan untuk meningkatkan pertumbuhan
perkapita. Hampir semua negara memiliki perlambatan Pertumbuhan perkapita dan tingkat perlambatan tidak berhubungan
dengan perubahan dalam pertumbuhan penduduk.
Tinggi Populasi
Baik atau Buruk?
Orang tua memutuskan untuk memiliki anak
tidak mempertimbangkan semua dampak dari keputusan. Populasi tinggi dapat
membahayakan lingkungan alam tetapi juga bisa menjadi efek positif yaitu satu
bayi adalah salah satu wajib pajak di masa depan yang dapat membantu membayar
program pemerintah. Salah satu alasan utama jaminan sosial secara finansial
bermasalah di negara-negara paling kaya adalah bahwa pertumbuhan populasi
melambat sehingga menurunkan proporsi pekerja yang membayar pajak untuk pensiunan.
Negara yang lebih baik untuk jaminan sosial di Amerika Serikat adalah ketika
penduduk tumbuh lebih cepat. Simon Kuznets dan Julian Simon menjelaskan bahwa semakin
banyak bayi ada maka semakin besar kemungkinan bahwa salah satu dari mereka
akan tumbuh menjadi Mozart, Einstein, atau Bill Gates.
Pertumbuhan penduduk juga dapat memacu
inovasi teknologi karena meningkatkan tekanan pada sumber daya yang tersedia.
Sebagai rasio orang untuk naik tanah, misalnya, orang dipaksa untuk dating dengan
ide-ide baru untuk mendapatkan lebih banyak makanan dari tanah yang ada.
Populasi. Tekanan "Prinsip pertama kali dinyatakan oleh Boserup Ester. Penduduk
terus meningkat sejak tahun 1960-an, sementara pertumbuhan penduduk menurun. Pertumbuhan
penduduk menurun karena tingkat kelahiran menurun.Walaupun secara keseluruhan
jumlah penduduk mengalami kenaikan tetapi teori Malthus yang menjelaskan aan
terjadi bencana kelaparan akibat ledakan penduduk tidak terjadi.
Berdasarkan pemaparan mengenai baik dan
buruknya dampak populasi dapat disimpulkan bahwa subsidi kontrasepsi bukan cara
yang tepat karena harga alat kontrasepsi
merupakan faktor yang sangat kecil dalam keputusan untuk memiliki anak. Kedua,
manfaat bersih dan biaya dari populasi yang lebih besar sangat tidak jelas. Sehingga
masing-masing negara harus memutuskan sendiri solusi untuk menghadapi pertumbuhan
populasi sebagai sumber pajak baru atau sebagai maslah kekurangan pangan.
Pembangunan,
Kontrasepsi Terbaik
Hubungan negatif antara pendapatan per
kapita dan pertumbuhan penduduk ditunjukkan oleh banyak hasil penelitian. Dalam
data penelitian ditunjukkan bahwa dinegara-negara kaya jumlah orang tua di
lebih banyak dari jumlah bayi. Negara miskin rata-rata kelahiran perperempuan
adalah 6,5 sedangkan negara kaya 1,7. Dinegara kaya kualitas anak lebih
diutamakan dari kuantitas. Hal itu ditunjukkan melalui fakta bahwa Orangtua dinegara kaya memiliki anak lebih sedikit tetapi berinvestasi lebih banyak pada
setiap anak dalam bentuk
sekolah, gizi, dan kursus balet. Gary Becker menjelaskan bahwa oang kaya memiliki ketersediaan waktu mereka bersifat berharga(lebih bernilai) sehingga waktunya tidak dihabiskan pada hal yang dianggap dapat menghilangkan pendapatan seperti merawat anak yang dapat memakan waktu. Sehingga orang tua kaya memilih untuk menghabiskan lebih banyak waktu pada pekerjaan dan kurang pada aktivitas sebagai orangtua. Sedangkan orang tua miskin entensitas bekerja kecil,sehingga menghabiskan lebih banyak waktu sebagai orangtua dan memiliki lebih banyak keturunan.
sekolah, gizi, dan kursus balet. Gary Becker menjelaskan bahwa oang kaya memiliki ketersediaan waktu mereka bersifat berharga(lebih bernilai) sehingga waktunya tidak dihabiskan pada hal yang dianggap dapat menghilangkan pendapatan seperti merawat anak yang dapat memakan waktu. Sehingga orang tua kaya memilih untuk menghabiskan lebih banyak waktu pada pekerjaan dan kurang pada aktivitas sebagai orangtua. Sedangkan orang tua miskin entensitas bekerja kecil,sehingga menghabiskan lebih banyak waktu sebagai orangtua dan memiliki lebih banyak keturunan.
Jadi orang
kaya berinvestasi
dalam akuisisi keterampilan lebih untuk anak-anak daripada
orang miskin. Maka sebuah negara secara keseluruhan tergantung pada
keterampilan awal rata-rata tingkat orang tua. Sehingga masyarakat dapat menjadi penduduk yang
kesuburan tinggi dan pendapatan rendah atau pendapatan tinggi dengan kesuburan
rendah. Kedua kondisi tersebut dianggap kurang baik karena negara miskin yang
memiliki jumlah anak banyak dan ketidak mampuan menjadikan anak sebagai
investasi untuk masa depan sebab mereka tidak memiliki dana cukup untuk
memberikan keterampilan kepada anak-anaknya, sedangkan negara kaya memiliki
otangtua yang memiliki kemampuan untuk berinvestasi terhadap anak namun
memiliki keterbatasan waktu terhadap pengawasan pertumbuhan anak. Sehingga
penggunaan bantuan langsung kondom dinilai masih jauh dari ketepatan solusi
permasalahan pembangunan.
Dua
Revolusi
Perkembangan di dunia mengalami du
revolusi yaitu revolusi industry dan revolusi demografi. Revolusi industry
bertujuan agar produksi alam bisa lebih banyak daripada sumberdaya alam yang
tersedia. Sedangkan revolusi demografi merupakan pertumbuhan penduduk yang
cepat pada awalnya dan semakin melambat. Keterkaitan antara revolusi industri
dan demografi dapat dilihat dari hubungan tekhnologi dan pertumbuhan bersifat
positif. Penduduk yang lebih banyak berarti kemungkinan penemu tekhnologi lebih
banyak sehingga meningkatkan tekhnologi. Kemajuan tekhnologi menyebabkan
populasi lebih besar. Hal itu karena meningkatnya standar hidup. Fase ini disebut pertumbuhan luas dan sudah
menyebar diseluruh negara dunia. Pada tahap selanjutnya dalam dua revolusi,
laju pertumbuhan Pendapatan perkapita semakin meningkat sedangkan pertumbuhan
populasi menurun. fase pertumbuhan ini
disebut pertumbuhan intensif karena setiap pekerja memproduksi lebih
banyak output untuk meningkatkan standar hidup, industri menggunakan pekerja
lebih intensif. Pertumbuhan intensif belum menyebar ke semua daerah, tetapi
telah mengakar di negara-negara industri Barat dan Asia Timur.
Robert Lucas berpendapat bahwa
peningkatan tingkat pengembalian terhadap pengetahuan dan
keterampilan("modal manusia) telah beralih dari ekstensif ke intensif
teknologi. Berinvestasi dalam modal manusia memiliki hasil tinggi di masa
depan. Hal ini menyiratkan dua hal yaitu produksi per-orang akan meningkat
karena setiap orang dapat menghasilkan lebih karena keterampilan yang lebih
tinggi dan orang tua yang peduli tentang kesejahteraan anak-anak akan
berinvestasi pada pendidikan yang lebih pada setiap anak serta mengurangi
jumlah anak yang mereka miliki. Dengan demikian, kita akan mendapatkan intensif
pertumbuhan dengan meningkatnya standar hidup dan pertumbuhan populasi menurun.
Sehingga jawaban yang tepat untuk negara yang khawatir terhadap pertumbuhan
penduduk adalah melakukan investasi modal manusia
.
0 komentar:
Posting Komentar